Kampus-Medan.Com
Kampus-Medan.Com
Online
Halo 👋
Ada yang bisa kami bantu?

Lahir Dari Keluarga Tuna Netra, Mahasiswi Universitas Nommensen Ini Raih Nilai Cumlaude

"Kehidupan masa kecilku, tidaklah seperti anak pada umumnya. Ejekan bahkan cacian kerap kuhadapi ketika masih belia," ucap Septiana, merefleksi...

Septiana Pasaribu diapit kedua orangtuanya (indosatu.id)

Kampus-medan.com - Mahasiswi Universitas Nommensen bernama Septiana Hirawati Pasaribu menjadi salah satu wisudawati yang menarik perhatian publik.

Ia mampu meraih nilai dengan predikat Cumlaude walaupun orangtuanya berjuang melawan kebutaan (tuna netra) sejak balita.

Saat diwisuda, Septiana mencuri perhatian semua peserta yang hadir, tak terkecuali Pimpinan tertinggi HKBP, Ephorus HKBP Pdt Dr Robinson Butarbutar.

Pdt Dr Robinson Butarbutar tak dapat menyembunyikan rasa kekagumannya. Pimpinan tertinggi HKBP itu pun mengabadikan momen bersama dengan orang tua Septiana.


Poto Septiana bersama kedua orangtuanya pun sontak menyebar di media sosial, menyulut rasa haru dan inspirasi di kalangan netizen.

Berawal dari unggahan Pdt Dr Robinson Butarbutar di akun media sosial pribadinya, foto itu pun langsung ditanggapi banyak netizen.

"Rasa haru yang tak terbayangkan: Seorang lulusan terbaik, Septiana Hirawati br Pasaribu, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris IPK 3,78, adalah putri dari pasangan orang tua Tunanetra. Betul lagu orang Kristen Batak: 'Anakkonhi do hamoraon di ahu'," tulis Pimpinan HKBP itu.

Di balik senyuman Septiana yang memancarkan kebahagiaan, prestasinya merupakan hasil dari perjuangan dan tekad orang tua yang tak kenal lelah.

Kedua orangtuanya yang merupakan kaum disabilitas tuna netra diketahui berprofesi sebagai tukang pijat.


Selain menjadi tukang pijat, sesekali juga mengamen di seputar Kota Pematangsiantar. Prestasi Septiana menjadi inspirasi dan pilar kekuatan dalam hidupnya.

"Kehidupan masa kecilku, tidaklah seperti anak pada umumnya. Ejekan bahkan cacian kerap kuhadapi ketika masih belia," ucap Septiana, merefleksikan masa-masa hidup sulit yang telah dilaluinya.

Septiana mengungkapkan, meski begitu, saat memasuki dunia kuliah, dukungan teman-temannya membawa warna baru.

Mereka, kata Septiana, tidak hanya menjadi teman bermain, tapi juga sumber semangat baginya untuk terus berkarya.

Dukungan ini pun mengubah pandangan dan meruntuhkan dinding yang memisahkan keberhasilan dan keterbatasan.


Menempuh pendidikan dasar di SD GKPS Rambung Merah, ia harus melalui perjalanan ke sekolah menengahnya tidak luput dari kisah perjuangan. Namun, setiap langkah membawanya lebih dekat pada mimpi menjadi seorang guru.

Mimpi itu diperkuat ketika ia menjadi pengajar di Eklesia Course, sebuah lembaga bimbingan belajar.

Honor dari mengajar ia tabung untuk kemudian dia gunakan membiayai kuliahnya. "Aku sangat mengimpikan, kelak dapat membantu lebih banyak anak-anak," ungkapnya.

Dengan sikap rendah hati, ia bercita-cita memberi harapan kepada anak-anak yang mungkin menghadapi keterbatasan serupa.

Bagi Septiana, kondisi fisik orang tua bukanlah hambatan, melainkan pemicu semangat untuk mengejar keberhasilan masa depan.


Dalam perjalanannya, ia tidak hanya menorehkan prestasi di bidang akademis, tapi juga memupuk semangat dalam kehidupan sehari-hari.

Ia berpesan agar anak-anak yang mengalami keterbatasan tidak putus asa. Kondisi fisik orang tua bukanlah penentu, melainkan semangat dan tekad untuk mengejar impian.

Pada kesempatan itu, Dr Muktar Panjaitan selaku Rektor Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar menegaskan bahwa kampus Nommensen mendukung siapapun untuk berprestasi tanpa pandang bulu.

"Pendidikan di sini adalah jembatan menuju keberhasilan, dan prestasi Septiana adalah bukti nyata dari filosofi ini," katanya. (indosatu.id)

Berbagi

Posting Komentar