Ini Pengakuan Orangtua Korban Pengeroyokan di Unimed Medan
- Diposting oleh : Redaksi
- pada tanggal : November 22, 2020
Unimed tampak dari depan (Foto : Google) |
Kampus-medan.com - Pengeroyokan terhadap dua pria hingga tewas yaitu Joni Pernando Silalahi (30) dan Stefan Sihombing (21) viral di media sosial. Pengeroyokan ini terjadi di Kampus Unimed, Jalan Selamat Ketaren/Pasar V Timur Desa Medan Estate, Selasa (19/2/2019) sore.
Dalam video terekam pelaku pengeroyokan ramai, beberapa satpam kampus Unimed pun tampak terekam turut menghajar keduanya. Keduanya sekarat karena mendapat pemukulan.
Ketika disambangi ke rumah duka di Jalan Perjuangan
Kecamatan Medan Perjuangan, keluarga Stefan Sihombing (21) tampak bersedih atas
peristiwa keji tersebut.
Ayah Steven, Poltak Sihombing (62), meneteskan air mata dan tubuhnya bergetar mengingat peristiwa yang merenggut nyawa anaknya tersebut.
Ayah Steven, Poltak Sihombing (62), meneteskan air mata dan tubuhnya bergetar mengingat peristiwa yang merenggut nyawa anaknya tersebut.
Ia bercerita bahwa batinnya bergejolak dan kesal atas
tindakan arogansi massa yang menuding anaknya sebagai pelaku pencurian. Pria
berambut putih ini masih terpukul atas peristiwa yang merenggut nyawa anaknya.
Beberapa kali dia pun menggerakan tongkatnya karena rasa kalutnya.
Beberapa kali dia pun menggerakan tongkatnya karena rasa kalutnya.
"Kecewa aku, kecewa. Kalau bisa kembali, Allah," ucapnya seraya menyeka air matanya di rumah duka, Kamis (21/2/2019).
"Anak ku bukan maling, saat itu ia pergi sama tamannya.
Kayak bukan manusia mereka buat anakku itu sama temannya," ujarnya lirih.
Ia mengutarakan bahwa anaknya pergi ke Kampus Unimed bukan
untuk mencuri, melainkan untuk berenang dan bertemu temannya.
Diketahui bahwa Kampus Unimed memiliki kolam renang yang terbuka untuk umum.
Diketahui bahwa Kampus Unimed memiliki kolam renang yang terbuka untuk umum.
Pria yang mengaku mantan polisi ini bercerita bahwa kejadian
yang menimpa anaknya tersebut berawal dari ketika keduanya hendak keluar dari
Unimed tidak membawa STNK sepeda motornya.
Karena hal itu sesuai aturan yang berlaku di Unimed, mereka harus ditahan jika tidak membawa STNK. Sebelum bisa menunjukkan STNK, maka tidak diperbolehkan pergi.
"Jadi info yang kami terima, saat itu istri Joni
Fernando menelpon istrinya yang tengah hamil besar untuk mengantarkan STNK
beserta BPKB," ujarnya lagi.
Saat menunggu STNK diantarkan istri Joni Fernando, keduanya
pun diteriaki sebagai maling helm, dan langsung digebuki Satpam dan juga
mahasiswa yang ada di kampus.
"Sementara saat kejadian mereka tidak membawa helm
tiba-tiba ada helm. Ini kan pengalihan atau mengkambing hitamkan anak
saya," jelas Poltak.
Usai kejadian, sambung mantan polisi yang terakhir
menyandang pangkat Aiptu, mereka sudah membuat laporan ke Polsek Percutseituan,
Rabu (20/2/2019) sekitar pukul 02.00 WIB.
Humas Unimed M Surip membenarkan bahwa ada dua orang pria
tewas dikeroyok di Kampus Unimed, kedua pria tersebut menurut Surip adalah
maling.
"Mereka satu harian sudah diintai oleh petugas keamanan
dan beberapa mahasiswa. Memang mereka tertangkap tangan mengambil helm dan
sepeda motor," kata Surip.
"Jadi di pintu keluar, mereka ditangkap oleh petugas
keamanan, diteriaki maling dan langsung banyak mahasiswa berdatangan,"
sambungnya.
Surip menjelaskan bahwa selama ini di dalam kampus memang
sudah sering terjadi kehilangan sepeda motor baik milik pegawai maupun
mahasiswa.
"Saat terjadi kehilangan, satpam kampuslah yang kerap disalahkan," imbuhnya.
Ketika ditanya apakah Satpam melakukan pengamanan sudah SOP
karena kedua pria tersebut tewas setelah dihajar satpam dan mahasiswa?.
Surip menjelaskan bahwa petugas keamanan telah melerai mahasiswa untuk menghakimi dan langsung melaporkan ke polisi. Namun polisi lama datang karena mau magrib.
"Setelah datang langsung pelaku dibawa keluar oleh
polisi. Kami tidak tahu kelanjutan mereka itu. Waktu dibawa keluar kampus
mereka masih hidup. Orang masih bisa berjalan, tapi memang yang satu sudah
tidak bisa jalan," urainya.
Lebih lanjut, soal adanya dugaan mati di hakimi massa, Surip
menuturkan bahwa petugas keamanan sebenarnya sudah membantu melerai. Bahkan
beberapa pegawai masuk juga untuk membantu melerai.
"Mungkin kalau ada pemukulan, karena mereka sudah kesal
dan tidak bisa dibendung lagi," beber Surip. (Lian)